
menantu dan mertua bukan hal baru dalam kehidupan rumah tangga.
Psikolog keluarga Sukmadiarti P, M.Psi., mengatakan, selisih antara menantu dan mertua bisa membuat situasi rumah tangga menjadi tidak nyaman.
Kondisi ini bisa lebih parah jika suami berada di posisi terjepit.
“Ketika istri berkonflik dengan mertua, misalnya suami ingin berbakti dan silaturahmi ke orangtuanya, tetapi istrinya tidak cocok dengan mertuanya,” ujar Sukmadiarti kepada Kompas.com, Rabu (21/5/2025).
“Alhasil, konflik tersebut bisa saja membuat istri membatasi suami untuk pergi ke orangtuanya. Jika dibiarkan, ini tentu akan jadi konflik yang serius,” lanjutnya.
Menurut dia, suami bisa mengalami konflik batin, karena di satu sisi ingin menjaga hubungan dengan ibunya, namun di sisi lain harus menjaga perasaan pasangannya.
Ia menyarankan pasangan untuk menggunakan empati, agar bisa menjembatani kedua pihak.
“Maka perlu empati ke pasangan dan ibu untuk melihat kedua sisi dan menjembatani keduanya agar hubungan langgeng,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar.
Ia mengingatkan pentingnya kesepakatan antara suami dan istri ketika ada perbedaan nilai antara keluarga inti dan keluarga besar.
“Apabila masukan orangtua berlawanan dengan nilai keluarga kecil kita, maka tidak bisa dipaksakan. Tetap nomor satu adalah kamu dan pasangan harus sepakat dulu,” ucap Farraas.
Farraas menegaskan, konflik dengan mertua bisa berdampak signifikan terhadap pernikahan, apalagi jika pasangan tidak kompak dalam menyikapinya.
“Jika tidak sepakat, maka konflik dengan mertua ini bisa sangat mempengaruhi hubungan rumah tangga juga,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan agar pasangan tidak mudah terpancing emosi ketika menghadapi perbedaan pandangan dari pihak keluarga besar.
Untuk pasangan yang merasa kewalahan menghadapi konflik dengan mertua, Farraas menyarankan untuk tidak ragu mencari bantuan profesional.
“Konflik ini sering menyebabkan masalah rumah tangga. Jadi kalau rasanya sulit sekali untuk dihadapi sendiri, silakan dikonsultasikan dengan psikolog untuk mendapat pendapat yang objektif,” pungkasnya.